Monumen Kali Bekasi, Bukti Sejarah yang Nyata

Oleh Subagperlap 01 Agu 2017, 15:47:06 WIB Tahukah Kamu
Monumen Kali Bekasi, Bukti Sejarah yang Nyata

Keterangan Gambar : Monumen Kali Bekasi


Alm. Pramoedya Ananta Toer pernah menguraikan Insiden Kali Bekasi dalam bukunya yang berjudul “Di Tepi Kali Bekasi”, diterbitkan tahun 1951. Peristiwanya berawal dari menyerahnya tentara Jepang kepada tentara sekutu setelah Perang Dunia II yang menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki. Sebagai APWI (Allied Prisioners of War and Internest) sekutu wajib mengevakuasi tawanan tentara Jepang di Indonesia.


Akibat pendudukan Militer Jepang yang kejam terhadap rakyat Bekasi, para pemuda dan rakyat Bekasi menangkap sendiri orang-orang jepang atau siapa saja yang telah bekerja sama membantu jepang, dengan menghentikan setiap kereta api yang melintas.

19 Oktober 1945, meluncur kereta api dari Jakarta yang mengangkut tawanan Jepang yang akan dipulangkan ke negaranya menuju Ciateur (dipulangkan melalui lapangan udara Kalijati), tetapi kereta berhasil lolos dari hadangan rakyat Bekasi. Setibanya di Cikampek kereta tersebut dihentikan oleh pejuang disana dan dipaksa kembali ke Jakarta.

Mendengar hal itu, rakyat Bekasi sudah menunggu. Sesampainya di Stasiun Bekasi gerbong digeledah dan ditemukan 90 tentara Jepang. Rakyat beringas ketika ditemukan senjata api milik tentara jepang, karena ada ketentuan bahwa Jepang wajib menyerahkan seluruh persenjataannya. Lalu, para tawanan tersebut ditahan bahkan ditelanjangi di Rumah Gadai tepi Kali Bekasi sebagai penjara sementara.

Awak kereta mencoba mencegah penggeledahan tawanan dengan menunjukan surat perintah jalan dari Menteri Subarjo yang ditandatangani Bung Karno. Namun, surat tersebut tidak ditanggapi karena kemarahan rakyat Bekasi sudah memuncak akibat penyiksaan di masa penjajahan Jepang. Seusai waktu maghrib, seluruh tawanan digelandang ke tepi Kali Bekasi dan dibantai hingga tewas. Seketika Kali Bekasi yang jernih memerah.

Atas kejadian tersebut pemerintah Jepang protes dan meminta pertanggungjawaban Kepada Kepolisian RI (R. Soekanto) dengan jaminan agar peristiwa serupa tidak terulang kembali. Protes keras tersebut sebagai berikut:
“kejadian ini boleh dibilang beloem terdjadi dalam sedjarah doenia, dan kelakoean sematjam ini menodai perasaan soetji terhadap jang maha koeasa serta mengina terhadap perasaan kemanoesiaan. Hal ini dapat dipandang sebagai boekti bahwa bangsa Indonesia dengan sikap jang demikian itoe tidak mempoenjai pendirian jang tegoeh di doenia ini. Djika dibiarkan keadaan sematjam itoe, maka kedjadian jang menjedihkan seperti di Bekasi itoe mungkin akan meradjalela” (NishiJima et al, 1972:1-6).

R. Soekanto menjawabnya sebagai bentuk pernyataan sikap pemerintah RI, yang berisi:
“Sesoenggoehnja jang mempoenjai hak mendjalankan hoekoeman menembak mati hanjalah pemerintah Repoeblik Indonesia, akan tetpi daerah Bekasi itoe seperti toean ketahoei ialah soeatu daerah dimana rakjat beloem sekali toendoek kepada pemerintah Repoeblik Indonesia. Seperti dalam soerat itoe ialah menjatakan pendjelasan kami atas kedjadian itoe, makan pihak pemerintah Repoeblik Indonesia telah beroesaha sebaik2-nja oentoek menolong 90 orang serdadoe Jepang itoe, akan tetapi oesaha itoe gagal” (NishiJima et al, 1972:1-6).

Mendengar Insiden Kali Bekasi, pada tanggal 25 Oktober 1045 Presiden Soekarno datang ke Bekasi dan menghimbau agar peristiwa serupa tidak terulang kembali. Soekarno juga meminta agar rakyat Bekasi tidak ikut campur masalah kereta api dan mengacaukan perjalanannya. Amanat Soekarno diterima dengan baik oleh rakyat bekasi dan membubarkan diri dengan tenang (Nasution, 1975).
Meskipun pemimpin republik sudah memerintahkan agar tidak menghentikan kendaraan yang melintas, rakyat Bekasi saat itu sepertinya “bandel” dan tidak menghiraukan himbauan tersebut. Bahkan, Menteri Amir Sjarifuddin pun pernah datang, tetapi diminta kembali ke Jakarta karena tidak membawa surat perintah(Cribb, 1990).

*sumber: https://www.kaskus.co.id/thread/55f4ca5360e24b7e2b8b4568/monumen-kali-bekasi-bukti-sejarah-yang-nyata/