Ki Hajar Dewantara
tokoh pejuang pendidikan Indonesia

Oleh Subagperlap 11 Jul 2017, 17:22:26 WIB Tokoh
Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara, tokoh pejuang pendidikan Indonesia, terlahir pada 2 Mei 1889. Tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau terlahir dalam lingkungan keluarga Kraton Yogyakarta dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.

Tut Wuri Handayani

Sebagai bangsawan kraton, maka Ki Hajar mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari kolonial Belanda ketika itu. Beliau berhasil menamatkan sekolah dasar ELS, lalu melanjutkan pendidikannya ke STOVIA, sekolah dokter untuk pelajar Indonesia di Jakarta. Lantaran sakit, Beliau tidak bisa menyelesaikan pendidikannya di STOVIA.

Ki Hajar Dewantara tidak lantas vakum karena tidak mampu melanjutkan pendidikannya di STOVIA, Beliau kemudian beralih menjadi wartawan dan menulis untuk beberapa surat kabar. Beliau juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan politik.

Tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara mampu membangkitkan semangat anti kolonialisme Belanda. Tulisannya yang terkenal “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: Als ik eens Nederlander was) yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun 1913, membuat Belanda marah.

 

Tulisan tersebut merupakan protes atas rencana Belanda untuk mengumpulkan derma dari Indonesia yang ketika itu belum merdeka untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari jajahan Prancis. Meski kerap kali membuat Belanda tersinggung, Ki Hajar Dewantara tidak berhenti menulis.

Kemarahan Pemerintah Belanda hingga sampai pada puncaknya ketika Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan agar Ki Hajar Dewantara di asingkan ke Pulau Bangka tanpa proses peradilan terlebih dahulu. Namun kemudian pengasingan tersebut dialihkan ke negeri Belanda atas permintaan kedua rekan Ki Hajar Dewantara yakni dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo.

Masa pengasingan di Belanda justru membuat Ki Hajar Dewantara belajar lebih giat. Beliau mendalami bidang pendidikan dan pengajaran hingga akhirnya mendapatkan sertifikat Europeesche Akte.

 

Ki Hajar akhirnya kembali ke tanah air pada 1918. Selanjutnya Beliau memfokuskan diri pada bidang pendidikan sebagai bentuk perjuangan untuk tujuan Indonesia Merdeka. Bentuk perjuangannya beliau wujudkan dengan mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922 bersama rekan-rekan seperjuangannnya.

Tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara  kini tidak lagi bernuansa politik tetapi beralih ke bidang pendidikan dan kebudayaan. Tulisan Beliau berisi tentang konsep pendidikan yang berwawasan kebangsaan. Melalui konsep pendidikan itulah, Beliau meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional Indonesia.

Ki Hajar Dewantara mempunyai semboyan terkenal tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik), yang sampai saat ini masih dipertahankan dalam dunia pendidikan kita.

Dimasa Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Beliau juga pernah menjadi anggota parlemen. Di akhir hayatnya, ribuan orang menyemut mengiringi jenazahnya hingga dimakamkan di pemakaman Taman Siswa.

Ki Hajar Dewantara dianugerahi sebagai pahlawan nasional dan tanggal  kelahirannya, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional setiap tahunnya.